Threat Hunting: Definisi, Jenis, dan Cara Implementasinya

Ancaman siber akhir-akhir ini telah menjadi kekhawatiran besar bagi masyarakat Indonesia. Salah satu kasus yang menarik perhatian adalah serangan ransomware yang melanda Pusat Data Nasional (PDNS) dan berujung pada permintaan tebusan sebesar USD 8 juta. Kasus ini memicu rantai ancaman yang semakin parah, mengingat serangan serupa dapat mengancam individu maupun organisasi di seluruh Indonesia. Dalam menghadapi kondisi ini, penting bagi instansi pemerintahan dan perusahaan untuk segera mengambil langkah-langkah proaktif dalam menanggulangi potensi serangan siber. Salah satu strategi yang dapat diimplementasikan adalah threat hunting.

Apa Itu Threat Hunting? Threat hunting secara harfiah merupakan proses identifikasi ancaman dan aktivitas mencurigakan dalam jaringan sistem komputer sebelum ancaman tersebut sempat merusak sistem. Strategi ini mengandalkan keterlibatan aktif para profesional keamanan siber dalam mendeteksi ancaman, berbeda dengan metode deteksi pasif yang menggunakan alat otomatis seperti antivirus atau sistem deteksi intrusi (IDS/IPS). Dalam threat hunting, para ahli secara manual menelusuri sistem untuk menemukan tanda-tanda ancaman yang mungkin tidak terdeteksi oleh alat otomatis.

Baca juga:Mengenal Jurusan Ilmu Komunikasi:Kurikulum, Peluang Kerja, dan Tantangannya

Bagaimana Cara Kerja Threat Hunting?

  • Hipotesis: Proses threat hunting dimulai dengan merumuskan hipotesis tentang potensi ancaman berdasarkan intelijen ancaman, analisis tren, atau pengalaman sebelumnya. Misalnya, jika terdapat laporan tentang jenis malware baru yang menargetkan industri tertentu, tim keamanan bisa mengembangkan hipotesis untuk mencari jejak malware tersebut dalam jaringan.
  • Pengumpulan Data: Data dari berbagai sumber, seperti log jaringan, log sistem, perangkat endpoint, dan alat pemantauan lainnya, dikumpulkan dan dianalisis. Data ini dapat berasal dari firewall, sistem deteksi intrusi, perangkat endpoint, dan server aplikasi.
  • Analisis: Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan berbagai teknik, termasuk analisis forensik dan pembelajaran mesin (machine learning), untuk mengidentifikasi aktivitas yang mencurigakan. Para ahli keamanan siber akan mencari anomali dalam data yang dapat menunjukkan adanya ancaman.
  • Investigasi: Setelah tanda-tanda ancaman ditemukan, langkah berikutnya adalah menyelidiki lebih lanjut untuk menentukan apakah ancaman tersebut nyata atau hanya anomali yang tidak berbahaya.
  • Respons: Jika ditemukan ancaman nyata, tim keamanan akan merespons dengan langkah-langkah yang sesuai untuk menanggulangi ancaman tersebut. Langkah ini bisa berupa isolasi sistem yang terinfeksi, perbaikan kerentanan, dan pemulihan sistem yang terdampak.

Mengapa Harus Melakukan Threat Hunting?

  • Deteksi Ancaman yang Lebih Canggih: Ancaman siber semakin kompleks dan canggih, seringkali mampu menghindari deteksi oleh alat keamanan otomatis. Threat hunting memungkinkan identifikasi ancaman yang mungkin terlewatkan oleh sistem otomatis, seperti Advanced Persistent Threats (APT).
  • Peningkatan Keamanan Proaktif: Dengan melakukan pencarian ancaman secara proaktif, organisasi dapat mendeteksi dan menanggulangi potensi serangan sebelum kerusakan signifikan terjadi, sehingga meningkatkan postur keamanan secara keseluruhan.
  • Pengurangan Waktu Respons: Threat hunting membantu mempercepat proses deteksi dan respons terhadap ancaman, mengurangi waktu yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan menanggulangi serangan.
  • Peningkatan Pemahaman Sistem: Proses ini memberikan wawasan mendalam tentang sistem jaringan dan infrastruktur organisasi, membantu mengidentifikasi kelemahan yang perlu diperbaiki.
  • Penyesuaian Terhadap Ancaman Baru: Ancaman siber terus berkembang. Threat hunting memungkinkan organisasi untuk tetap selangkah lebih maju dengan menyesuaikan strategi dan taktik terhadap ancaman yang baru muncul.

Jenis-Jenis Threat Hunting

  • Structured Threat Hunting: Pendekatan yang sistematis dan berdasarkan hipotesis spesifik, seringkali didasarkan pada intelijen ancaman yang diperoleh dari sumber eksternal atau internal.
  • Unstructured Threat Hunting: Pendekatan ini lebih eksploratif dan tidak mengikuti rencana yang ketat. Para profesional keamanan siber mengandalkan intuisi dan pengalaman untuk mencari anomali dalam data.
  • Situational Threat Hunting: Berfokus pada situasi atau peristiwa tertentu yang terjadi di lingkungan organisasi, misalnya setelah insiden keamanan yang diketahui.
  • Hypothesis-Driven Threat Hunting: Pendekatan ini dimulai dengan hipotesis jelas tentang bagaimana serangan tertentu dapat terjadi, dan kemudian mencari tanda-tanda teknik serangan tersebut dalam jaringan.
  • Intel-Driven Threat Hunting: Berdasarkan intelijen ancaman dari berbagai sumber, baik dari vendor keamanan, komunitas keamanan siber, atau data internal organisasi.
  • Analytics-Driven Threat Hunting: Menggunakan alat analitik dan pembelajaran mesin untuk menganalisis data besar dan mencari pola mencurigakan.
  • Hunting by Detection Tool Outputs: Pendekatan ini memanfaatkan hasil dari alat deteksi otomatis sebagai titik awal untuk investigasi lebih lanjut.

Kesimpulan Threat hunting merupakan bagian penting dari strategi keamanan siber modern. Dengan pendekatan proaktif ini, organisasi dapat mendeteksi dan menanggulangi ancaman sebelum mereka menyebabkan kerusakan yang signifikan. Berbagai jenis threat hunting, mulai dari pendekatan yang terstruktur hingga yang didorong oleh intelijen dan analitik, memberikan fleksibilitas dan efektivitas dalam menjaga keamanan sistem. Melalui strategi ini, organisasi dapat meningkatkan postur keamanan mereka, mengurangi risiko, dan melindungi aset serta informasi penting dari ancaman siber yang terus berkembang.

Penulis Dian Novita

Threat Hunting: Definisi, Jenis, dan Cara Implementasinya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top